Gua adalah bentukan berupa lorong di bawah tanah yang dapat dimasuki manusia (definisi International Speleologi Union). Sebagian besar gua berada di kawasan karst, meskipun beberapa gua juga dapat dijumpai di lava dan es (pseudokarst). Ilmu yang mempelajari perguaan disebut speleologi.
Zona mulut gua merupakan pintu masuk sebuah ekosistem gua. Zona ini masih sangat dipengaruhi oleh kondisi klimat di luar gua. Tanaman tingkat rendah seperti lumut atau bahkan paku-pakuan masih mungkin bisa tumbuh di mulut gua karena adanya pantulan cahaya yang masuk. Dengan adanya variasi lingkungan yang tinggi, maka mulut gua memiliki keanekaragaman jenis organisme yang besar.
Semakin masuk ke dalam gua, kondisi lingkungan akan cenderung semakin stabil. Meskipun semakin menunjukkan kestabilan lingkungan, namun pengaruh fluktuasi kondisi lingkungan di luar gua masih terjadi di zona ini. Inilah zona peralihan.
Zona gelap merupakan lingkungan yang paling ekstrim di antara zona yang lain. Zona gelap memiliki kemantapan/kestabilan lingkungan yang tinggi. Kestabilan lingkungan tersebut ditunjukkan dengan beberapa karakteristik antara lain: absennya cahaya secara permanen, temperatur yang nilainya setara dengan rerata temperatur lingkungan luar, dan kelembaban yang mendekati titik jenuh.
Berbicara tentang gua-gua di Menoreh, banyak orang mungkin sudah mengetahui keberadaan Gua Kiskendo di Kapanewon Girimulyo dan Gua Seplawan di Kecamatan Kaligesing. Dua gua ini memang telah dikembangkan sebagai destinasi wisata sejak era 80an dan sampai sekarang menjadi destinasi yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan yang datang ke Menoreh.
Sebenarnya Menoreh memiliki lebih dari 100 gua baik vertikal maupun horizontal. Gua-gua yang terbentuk di kawasan karst terkonsentrasi pada formasi utama, terletak di Kecamatan Kaligesing (Kabupaten Purworejo), dan Kapanewon Girimulyo (Kabupaten Kulonprogo). Sebagian dari gua-gua tersebut sudah dieksplorasi dan dipetakan.
Semua gua horizontal panjang di Menoreh memiliki sungai bawah tanah. Beberapa gua memiliki lorong terpetakan lebih dari 1000 meter, dan merupakan sungai bawah tanah yang relatif besar. Termasuk dalam kelompok tersebut antara lain Gua Kiskendo-Sumitro di Kalurahan Jatimulyo, Gua Anjani di Desa Tlogoguwo, dan Gua Seplawan di Desa Donorojo.
Gua Kiskendo-Sumitro adalah sistem terpanjang dan terumit di kawasan karst Menoreh. Setidaknya ada 10 pintu masuk pada sistem ini, dengan panjang total lebih dari 2 km. Peta yang dibuat Surawan (2009) menggambarkan lorong sepanjang 1,94 kilometer, namun masih ada lorong yang belum dipetakan. Sistem perguaan dikontrol oleh kombinasi faktor struktural dan solusional (pelarutan batuan).
Gua Anjani belum sepenuhnya dipetakan, dan masih ada lorong yang diduga cukup panjang. Penelitian dan eksplorasi mengenai biologi Gua Anjani telah dimulai pada era 80-an, ditandai dengan penelitian Sutrisno (1988) mengenai Collembola gua. Selanjutnya pada kurun waktu tahun 90-an, penelitian di gua ini antara lain oleh Rahmadi (1999) mengenai Arthropoda tanah, dan Katherina (1999) mengenai kapang gua.
Gua Seplawan adalah satu gua yang cukup sering dikunjungi. Pintu gua berada di sebuah cekungan. Lorongnya bercabang-cabang dan ditemukan pula lorong vertikal (Palawa 2007). Cabang-cabang lorong tersebut berupa inlet yang mengalirkan air melalui celah-celah sempit. Air kemudian berkumpul menjadi sungai utama. Ornamen di gua ini cukup beragam dan banyak ditemukan stalaktit besar yang menggantung pada atap gua.
Menelusuri gua-gua di Menoreh memberikan pengalaman tersendiri. Tipikal gua di kawasan ini cenderung sulit ditelusuri, misalnya karena lorong-lorongnya yang sempit, tambatan (anchor) yang terbatas, dan potensi banjir yang relatif tinggi. Lorong sempit terkadang lumayan panjang hingga membuat penelusur hampir menyerah menghadapinya. Terkadang masih diperparah dengan kondisi batuannya yang tajam.
Sebagian besar gua-gua panjang di Menoreh merupakan sungai bawah tanah. Berdasarkan pengalaman, sistem sungai bawah tanah di Menoreh masih memiki drainase yang baik. Waktu tunda (time lag) air hujan relatif lama. Meskipun demikian, sangat beresiko melakukan penelusuran pada musim penghujan.
Gua-gua vertikal di Menoreh juga terkenal miskin tambatan, kalaupun ada batu tembus, seringkali kekuatannya tidak layak. Pemasangan tambatan tali (rigging) di Menoreh memerlukan perhatian ekstra. Sebaiknya menggunakan pohon untuk tambatan utamanya.
Beberapa tips untuk penelusur gua antara lain:
1. Pastikan bahwa kegiatan penelusuran yang direncanakan memiliki tujuan yang jelas dan mendapat ijin dari otoritas setempat.
2. Hindari musim penghujan, cuaca bisa berubah dengan cepat di kawasan ini.
3. Pelajari profil lorong, jika petanya sudah tersedia.
4. Gunakan pakaian yang mudah kering dan bisa menjaga kehangatan.
5. Ektra berhati-hati dalam merencanakan rigging.